Senin, 01 Oktober 2012

Budaya Suku Batak


SEJARAH

Kerajaan Batak didirikan oleh seorang Raja dalam negeri Toba sila-silahi (silalahi) lua’ Baligi (Luat Balige), kampung Parsoluhan, suku Pohan. Raja yang bersangkutan adalah Raja Kesaktian yang bernama Alang Pardoksi (Pardosi). Masa kejayaan kerajaan Batak dipimpin oleh raja yang bernama. Sultan Maharaja Bongsu pada tahun 1054 Hijriyah berhasil memakmurkan negerinya dengan berbagai kebijakan politiknya.

DESKRIPSI LOKASI

Suku bangsa Batak dari Pulau Sumatra Utara. Daerah asal kediaman orang Batak dikenal dengan Daratan Tinggi Karo, Kangkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu, Simalungun, Toba, Mandailing dan Tapanuli Tengah. Daerah ini dilalui oleh rangkaian Bukit Barisan di daerah Sumatra Utara dan terdapat sebuah danau besar dengan nama Danau Toba yang menjadi orang Batak. Dilihat dari wilayah administrative, mereka mendiami wilayah beberapa Kabupaten atau bagaian dari wilayah Sumatra Utara. Yaitu Kabupaten Karo, Simalungun, Dairi, Tapanuli Utara, dan Asahan.

UNSUR BUDAYA

A. Bahasa
Dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari, orang Batak menggunakan beberapa logat, ialah: (1)Logat Karo yang dipakai oleh orang Karo; (2) Logat Pakpak yang dipakai oleh Pakpak; (3) Logat Simalungun yang dipakai oleh Simalungun; (4) Logat Toba yang dipakai oleh orang Toba, Angkola dan Mandailing.

B. Pengetahuan
Orang Batak juga mengenal sistem gotong-royong kuno dalam hal bercocok tanam. Dalam bahasa Karo aktivitas itu disebut Raron, sedangkan dalam bahasa Toba hal itu disebut Marsiurupan. Sekelompok orang tetangga atau kerabat dekat bersama-sama mengerjakan tanah dan masing-masing anggota secara bergiliran. Raron itu merupakan satu pranata yang keanggotaannya sangat sukarela dan lamanya berdiri tergantung kepada persetujuan pesertanya.

C. Teknologi
Masyarakat Batak telah mengenal dan mempergunakan alat-alat sederhana yang dipergunakan untuk bercocok tanam dalam kehidupannya. Seperti cangkul, bajak (tenggala dalam bahasa Karo), tongkat tunggal (engkol dalam bahasa Karo), sabit (sabi-sabi) atau ani-ani. Masyarakat Batak juga memiliki senjata tradisional yaitu, piso surit (sejenis belati), piso gajah dompak (sebilah keris yang panjang), hujur (sejenis tombak), podang (sejenis pedang panjang). Unsur teknologi lainnya yaitukain ulos yang merupakan kain tenunan yang mempunyai banyak fungsi dalam kehidupan adat Batak.

D. Organisasi Sosial
a. Perkawinan
Pada tradisi suku Batak seseorang hanya bisa menikah dengan orang Batak yang berbeda klan sehingga jika ada yang menikah dia harus mencari pasangan hidup dari marga lain selain marganya. Apabila yang menikah adalah seseorang yang bukan dari suku Batak maka dia harus diadopsi oleh salah satu marga Batak (berbeda klan). Acara tersebut dilanjutkan dengan prosesi perkawinan yang dilakukan di gereja karena mayoritas penduduk Batak beragama Kristen.
Untuk mahar perkawinan-saudara mempelai wanita yang sudah menikah.

b. Kekerabatan
Kelompok kekerabatan suku bangsa Batak berdiam di daerah pedesaan yang disebut Huta atau Kuta menurut istilah Karo. Biasanya satu Huta didiami oleh keluarga dari satu marga.Ada pula kelompok kerabat yang disebut marga taneh yaitu kelompok pariteral keturunan pendiri dari Kuta. Marga tersebut terikat oleh simbol-simbol tertentu misalnya nama marga. Klen kecil tadi merupakan kerabat patrilineal yang masih berdiam dalam satu kawasan. Sebaliknya klen besar yang anggotanya sdah banyak hidup tersebar sehingga tidak saling kenal tetapi mereka dapat mengenali anggotanya melalui nama marga yang selalu disertakan dibelakang nama kecilnya, Stratifikasi sosial orang Batak didasarkan pada empat prinsip yaitu : (a) perbedaan tigkat umur, (b) perbedaan pangkat dan jabatan, (c) perbedaan sifat keaslian dan (d) status kawin.

E. Mata Pencaharian
Pada umumnya masyarakat batak bercocok tanam padi di sawah dan ladang. Lahan didapat dari pembagian yang didasarkan marga. Setiap kelurga mandapat tanah tadi tetapi tidak boleh menjualnya. Selain tanah ulayat adapun tanah yang dimiliki perseorangan .
Perternakan juga salah satu mata pencaharian suku batak antara lain perternakan kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, dan bebek. Penangkapan ikan dilakukan sebagian penduduk disekitar danau Toba.
Sektor kerajinan juga berkembang. Misalnya tenun, anyaman rotan, ukiran kayu, temmbikar, yang ada kaitanya dengan pariwisata.

F. Religi
Pada abad 19 agama islam masuk daerah penyebaranya meliputi batak selatan . Agama kristen masuk sekitar tahun 1863 dan penyebaranya meliputi batak utara. Walaupun d emikian banyak sekali masyarakat batak didaerah pedesaan yang masih mmpertahankan konsep asli religi pendduk batak. Orang batak mempunyai konsepsi bahwa alam semesta beserta isinya diciptakan oleh Debeta Mula Jadi Na Balon dan bertempat tinggal diatas langit dan mempunyai nama-nama sesuai dengan tugasnya dan kedudukanya . Debeta Mula Jadi Na Balon : bertempat tinggal dilangit dan merupakan maha pencipta; Siloan Na Balom: berkedudukan sebagai penguasa dunia mahluk halus. Dalam hubungannya dengan roh dan jiwa orang batak mengenal tiga konsep yaitu : Tondi: jiwa atau roh; Sahala : jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang; Begu : Tondinya orang yang sudah mati. Orang batak juga percaya akan kekuatan sakti dari jimat yang disebut Tongkal.

G. Kesenian
Seni Tari yaitu Tari Tor-tor (bersifat magis); Tari serampang dua belas (bersifat hiburan). Alat Musik tradisional : Gong; Saga-saga. Hasil kerajinan tenun dari suku batak adalah kain ulos. Kain ini selalu ditampilkan dalam upacara perkawinan, mendirikan rumah, upacara kematian, penyerahan harta warisan, menyambut tamu yang dihormati dan upacara menari Tor-tor. Kain adat sesuai dengan sistem keyakinan yang diwariskan nenek moyang .

NILAI BUDAYA

1. Kekerabatan
Nilai kekerabatan masyarakat Batak utamanya terwujud dalam pelaksanaan adat Dalian Na Talu, dimana seseorang harus mencari jodoh diluar kelompoknya, orang-orang dalam satu kelompok saling menyebut Sabutuha (bersaudara), untuk kelompok yang menerima gadis untuk diperistri disebut Hula-hula. Kelompok yang memberikan gadis disebut Boru.
2. Hagabeon
Nilai budaya yang bermakna harapan panjang umur, beranak, bercucu banyak, dan yang baik-baik.
3. Hamoraan
Nilai kehormatan suku Batak yang terletak pada keseimbangan aspek spiritual dan meterial.
4. Uhum dan ugari
Nilai uhum orang Batak tercermin pada kesungguhan dalam menegakkan keadilan sedangkan ugari terlihat dalam kesetiaan akan sebuah janji.
5. Pengayoman
Pengayoman wajib diberikan terhadap lingkungan masyarakat, tugas tersebut di emban oleh tiga unsur Dalihan Na Tolu.
6. Marsisarian
Suatu nilai yang berarti saling mengerti, menghargai, dan saling membantu.

ASPEK PEMBANGUNAN

Aspek pembangunan dari suku Batak yaitu masuknya sistem sekolah dan timbulnya kesempatan untuk memperoleh prestise social. Terjadinya jaringan hubungan kekerabatan yang berdasarkan adat dapat berjalan dengan baik. Adat itu sendiri bagi orang Batak adalah suci. Melupakan adat dianggap sangat berbahaya.

Pengakuan hubungan darah dan perkawinan memperkuat tali hubungan dalam kehidupan sehari-hari. Saling tolong menolong antara kerabat dalam dunia dagang dan dalam lapangan ditengah kehidupan kota modern umum terlihat dikalangan orang Batak. Keketatan jaringan kekerabatan yang mengelilingi mereka itulah yang memberi mereka keuletan yang luar biasa dalam menjawab berbagai tantangan dalam abad ini.

Minggu, 08 Juli 2012

asal usul marga lubis


Masyarakat Mandailing mempercayai bahwa Namora Pande Bosi adalah nenek moyang masyarakat Mandailing Julu yang bermarga Lubis.

   
 
Lukisan Tanduk Kerbau Namora Pande Bosi Oleh Mickey Lubis 

Tanduk diatas tersebut berasal dari tanduk kerbau (horbo muring) yang dipotong pada waktu upacara adat perkawinan (horja siriaon)  Namora Pande Bosi dengan Dayang Surto Alus Bonang Nabontar, putri dari Datuk Bondaro yang bermukim di Huta Nopan Padang Bolak dengan memotong kerbau yang besar tiada taranya (horbo muring). Dimana tanduk kerbau tersebut diukir sendiri oleh Namora Pande Bosi dan keris ditempanya sendiri. Ketika Namora Pande Bosi hendak kembali Hatongga berpesan kepada istrinya, apabila anak-anaknya tersebut kemudian hari ingin menemuinya, maka tanduk yang diukir serta segengam tanah tempat penanaman tali pusar mereka ditunjukkan sebagai tanda bukti atau pengenal.
Namora Pande Bosi seorang terkenal dengan keahlian pandai besi yang terkemuka dan mempunyai dua orang anak lelaki kembar yang bernama  Baitang dan Langkitang. Setelah anaknya Baitang dan Langkitang sudah dewasa,  mandiri dan mapan. Namora Pande Bosi sesuai adat kebiasaan leluhur dahulu kala, menyuruh Baitang dan Langkitang (keluarga beserta rombongannya) untuk membuka huta baru  ke suatu  tempat, di mana terdapat pertemuan (partomuan) dua sungai yang mengalir dari dua arah yang tepat bertentangan (dalam bahasa Mandailing dinamakan Muara Patontang) di situlah mereka membuka tempat pemukiman baru yang baik.
Setelah lama mengembara akhirnya  Baitang dan Langkitang ((keluarga beserta rombongannya) menemukan Muara Patontang Dan Muara Partomuan, lantas mereka membuka pemukiman baru di tempat itu di dua sungai yang bertentangan muaranya,  pada Aek Batang Gadis yaitu: Aek Singengu dan Aek Singangir yang mereka namai Huta Nopan untuk mengenang tempat asal ibunda mereka. (Baitang & Langkitang).
Baitang melanjutkan perjalanannya sampai ke Hulu sesuai dengan amanat Namora Pande Bosi Partemuan dua sungai yaitu: antara Aek Batang Gadis dengan Aek Batang Pungkut kemudian mendirikan pemukiman baru dinamai Muara Partomuan (Lubis Partomuan), dimana Baitang mendirikan Pemukiman pertama yang sekarang bernama Muara Pungkut. Baitang memiliki ketangguhan atau ketangkasan yang luar biasa, karena itu digelari orang “ Lubis Singasoro atau Singa Menerkam, (karena ada peristiwa dimana sekelompok orang-orang yang sedang mendulang emas mengeroyok Baitang untuk mencelakainya, namun Baitang dapat menaklukan semuanya dan menjadikan hambanya).
Keturunan  Lubis Singasoro mendiami kawasan mulai dari: Muara Partomuan sampai kerajaan Lubis Manambin, Ulu Pungkut sampai Huta Nagodang, Lumban Balian, atau Tamiang, Tor Panjomburan dan Tadangka Dolok, Tobang sampai Silugun, Pakantan Dolok dan Pakantan Lombang.
Perkampungan Lubis di Mandailing mempunyai ciri-ciri yang khas, yaitu selalu dibangun di dekat dengan gunung seperti:
·         Kerajaan Adat Tradisional Tamiang berada di kaki Gunung Tor Sijanggut dan dilembah sungai (aek) Batang Gadis.
·         Kerajaan Adat Tradisional Pakantan Dolok dan Pakantan Lombang dengan kampung-kampung menjadi wilayah terletak di kaki Gunung Kulabu dan dekat dengan aliran sungai Batang Gadis.
Tidak lama setelah ditinggalkan anaknya  Baitang dan Langkitang, Namora Pande Bosi meninggal dunia dan dimakamkan di Hatongga. Semua keturunan    Baitang dan Langkitang yang menyebar di seluruh tanah Mandailing Julu terutama dan di tempat-tempat lain dikenali sebagai orang-orang Mandailing yang bermarga Lubis.
Berdasarkan Penelitian literature peradapan agama Budha/Hindu zaman dahulu, menyebutkan antara lain:

  1.  Menurut kitab-kitab kuno agama Budha dan Hindu, sebuah candi didirikan di sekitar tempat bercengkeramanya para dewa. Puncak dan lereng bukit, daerah kegiatan gunung berapi, dataran tinggitepian sungai dan danau, danpertemuan (tempuran) dua sungai dianggap menjadi lokasi yang baik untuk pendirian sebuah candi.
  2. Di Tapanuli Selatan dan Mandailing, khususnya di kawasan Padang Lawas yang merupakan lokasi puluhan monumen peninggalan masa klasik Indonesia, kata biaro lebih dikenal oleh masyarakat sebagai pengganti kata candi. Kata biaro sendiri berasal dari bahasa Sansekerta, Vihara yang aslinya berarti serambi tempat para pendeta berkumpul atau berjalan-jalan. Belakangan dalam bahasa Indonesia kata itu menjadi biara atau wihara yang artinya tempat para biksu atau pendeta (Koestoro dkk, 2001). Dalam tradisi pembangunan Hindu dikenal adanya beberapa ketentuan antara lain: dengan penempatan bangunan suci di dekat air (tirtha), baik air di sungai (terutama di sekitar pertemuan/tempuran dua aliran sungai), danau atau laut. Pada kondisi dimana tidak ada obyek geografis yang mengandung air, maka harus dibuatkan kolam di halaman bangunan suci itu. Dijelaskan pula bahwa tempat lain yang baik bagi pendirian bangunan suci adalah di puncak gunung, dilereng, gunung, dalam hutan, atau di lembah (Kramrisch,1946). Kita ketahui bahwa di Pulau Jawa kebanyakan candi didirikan di dekat aliran sungai. Bahwa Candi Borobudur menempati lahan di pertemuan Sungai Progo dengan Sungai Opak, dan juga  Biaro/Candi Sipamutung di Padang Lawas Kabupaten Tapanuli Selatan didirikan di pertemuan Sungai Barumun dengan Sungai Batang Pane.

  1. Menurut pendapat penyusun tentang pesan  Namora Pande Bosi kepada anaknya Baitang dan Langkitang untuk membuka kerajaan dan pemukiman baru diantara dua sungai yang mengalir dari dua arah yang tepat bertentangan (tempuran), ternyata yang memakai prinsip/konsepkebudayaan peradapan yang berasal dari agama Budha yang ada di Padang Lawas, yaitu: dimana Biaro/Candi Sipamutung di Padang Lawas Kabupaten Tapanuli Selatan didirikan di antara pertemuan Sungai Barumun dengan Sungai Batang Pane
  2. Jadi sejarah Lubis keturunan dari Namora Pande Bosi juga memakai peradapan agama Hindu dalam menamakan gelar raja seperti Alogo dengan gelar Radja Partomoean Dan nama raja seperti Partomuan Lubis gelar Patuan Dolok.
  3. Menurut kitab-kitab kuno agama Budha dan Hindupertemuan antara dua sungai lambang kesuburan Pertanian. air juga menyimbolkan kesuburan, atau simbol kehidupan itu sendiri. Air itu mengalir terus seperti kehidupan yang terus berlanjut, dan kehidupan pun berjalan terus seperti aliran air. Tiada kehidupan di Bumi tanpa topangan air, karena itu air menjadi hal yang sangat penting dijaga kelangsungan, kelestarian, kesuburan dan kemurniannya.

Catatan tentang penggunaan sumber air kawasan Mandailing saat ini, antara lain :
Ada beberapa istilah yang diberikan pada sumber air di kawasan Mandailing, dimana sungai disebut batang; anak sungai disebut aek, atau ranting sungai disebut  rura dan mata air yang disebut mual. Nama-nama sungai atau muaranya bahkan banyak dijadikan sebagai acuan nama pemukiman orang-orang Mandailing. Pada masyarakat Mandailing, eksistensi air sungai maupun anak sungai yang ada di sekitar pemukiman mereka berperan multifungsi, sebagai air minum dan mandi cuci kakus, mengairi lahan pertanian, mendukung fungsi sosial budaya (misalnya dalam upacara adat patuaekkon boru), religius (mendukung pelaksanaan ibadah), dan juga ekonomi (mencari emas/manggore, ikan, bahan bangunan berupa pasir, kerikil dan juga batu). Dengan kata lain, bagi orang Mandailing air merupakan "mata air kehidupan" yang sekaligus bertali-temali dengan institusi sosial, budaya, ekonomi dan ekologis.
  1. Kehidupan pada zaman itu, masyarakat beragama Budha dan animisme (megalitik) hidup berdampingan dimana terjadi pertukaran budaya, adat istiadat, nilai-nilai leluhur dan pandangan hidup sebelum agama Islam masuk ke Tanah Mandailing dan Tapanuli Selatan.
Menurut Suryadinata berpendapat bahwa “ethnic” atau kelompok etnik berasal dari suatu nenek moyang yang sama (nyata atau dibayangkan) dan biasanya memiliki akar yang sama pula, walaupun tidak selamanya demikian. Terbentuknya suatu bangsa adalah sense of belonging terhadap suatu warisan sejarah yang sama dan keinginan untuk hidup bersama.
Di Mandailing semua Raja Panusunan berasal dari satu keturunan, yaitu:
·         Keturunan yang bermarga Lubis di Mandailing Julu satu keturunan Namora Pande Bosi.
·         Keturunan yang bermarga Nasution di Mandailing Godang satu keturunan Sutan Diaru.
Raja-Raja Panusunan bertemu dalam peradatan sebagai Raja-Raja ”Mardomu Daro

Mandailing Julu mempunyai enam (6) Raja Panusunan, yang terdiri dari :
  1. Lubis Si Baitang.
Menurunkan Lubis yang menjadi Raja Panusunan di kawasan:
·         Tamiang.
·         Manambin.
·         Pakantan.
  1. Lubis Si Langkitang.
Menurunkan Lubis yang menjadi Raja Panusunan di kawasan:
·         Singengu.
·         Sayur Maincat.
·         Tambangan.
Kawasan Mandailing Julu (Hulu) berarti Kawasan Mandailing yang berada di bahagian hulu sungai Batang Gadis yang melintasi wilayah Mandailing hulu sampai ke hilir.

Tulisan tentang Namora Pande Bosi Oleh Mohammad Said dalam Buku Soetan Koemala Boelan (Flora) adalah: "Dalam tahun 1887 diketahui oleh penguasa Belanda bahwa Raja Gunung Tua (Padang Lawas) menyimpan sebuah patung pusaka dari tembaga, dikenal sebagai patung Bhatara Lokanatha (satu dari seribu nama Dewa Siwa). Patung itu diambil Belanda dan kini disimpan di Museum Pusat Jakarta. Sarnaja Brandes yang segera meneliti patung itu, berhasil menterjemahkan teksnya dalam huruf kawi sebagai berikut:
Brandes tersebut menterjemahkan kalimat permulaaan prasasti di atas ke bahasa Belanda sebagai berikut:
"Heil" Caka-jaren verloopen 946, in de maand Caitra op den derden dag van lichte helft dan de maand of vrijdag, toen heeft Surya, de meester smid did beeld van den). Heere Lokanatha vervaardigd..."
Terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia adalah: "Dirgahayu Tahun Caka 946 bulan Caitra, hari ke-3 bertepatan Juma'at dewasa itulah Surya, panda besi, selesai mengukir (patung) batara Lokanatha ini..."
Diperlihatkan pada teks aslinya tentang tokoh Surya, disebut jurupandai. Pada salinan bahasa Belanda dipertegaskan dengan istilah meester smid, yang artinya tidak lain pandai besi. Ini serta merta mengingatkan kita akan nama Pande Bosi, jelasnya Namora Pande Bosi. Dari ukiran itu dapat dipahami bahwa Surya telah berhasil membuat patung seorang Dewa atau Bhatarayang tentunya untuk dipersonifikasikan menjadi pujaan rakyat dewasa itu. Seorang ahli dan tanpa kuatir akan tertimpa ketulahan menukangi tembaga untuk jadi pujaan, bukannya seorang sembarangan atau tukang biasa saja. Ia tentunya selain ahli adalah juga seorang yang terkemuka, berderajad dan amat disegani. Sedikit banyaknya dengan nama itu biasa juga membuat kita mengarahkan pertanyaan, apakah tokoh itu bukan tokoh zaman dulu yang dikenal rakyat bernama Namora Pande Bosi. Tentunya bukan sekedar kebetulan saja ada seorang jurupandai de meester smid pembuat Patung TembagaBhatara Lokanatha, sedangkan ada juga Pandai Bosi yang dikenal oleh rakyat dari abad ke abad. Dari sumber lain dapat ditambahkan, bahwa sebelum Namora Pande Bosi yang bermukim di Hutalobu Hatongga Sigalangan masih ada lagi yang bernama Namora Pande Bosi, yaitu kakek (datuk) dari kakek Namora Pande Bosi yang di Huta Lobu tersebut di atas. Namora Pande Bosi I tersebut bermukim di Padang Bolak Ruar Tonga (Sahit ni Huta).
Ada tiga (3) kemungkinan dapat diperkirakan mengenai zaman generasi Namora Pande Bosi dan keturunannya itu berada , yakni:
1)  Generasi pada zaman Surya tahun 946 atau sekitar tahun 1024 M, karena Surya adalah seorang bangsawan juru pandai besi yang skill dan terkemuka.
2)  Generasi tahun Caka 1287 (1365 M) kerajaan di Mandailing yang tentunya dipimpin oleh seorang tokoh terkemuka, bernama Namora Pande Bosi.
3) Generasi pada zaman yang lebih muda yaitu hanya sekitar abad ke 16 M. Menurut tambo/silsilah (stamboom) yang diperbuat atau disimpan oleh keturunan Soetan Koemala Boelan Raja Panusunan Kerajaan Adat Tradisional Tamiang Mandailing.

sahabt sejati



Arti Sahabat Sejati - Pengertian dari arti sahabat adalah atau arti persahabatan sesungguhnya. Sobat ada yang tahu nggak sebenarnya apa sih arti sahabat itu.?? Nah berikut ini ulasan atau pengertian dari  arti sahabat:





Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi memang itulah yang membuat persahabatan kita akan mempunyai nilai yang indah.
Mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga dari seribu teman yang mementingkan diri sendiri.

Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan bertumbuh bersama karenanya.

Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkan besi, demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya.

Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur - disakiti, diperhatikan - dikecewakan, didengar - diabaikan, dibantu - ditolak, namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian.

Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya.

Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah.

Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari orang lain, tetapi justru ia berinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.

Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya, karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis. Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati, namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya. Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya.

Ingatlah kapan terakhir kali kamu berada dalam kesulitan. Siapa yang berada di samping kamu ?? Siapa yang mengasihi kamu saat kamu merasa tidak dicintai ?? Siapa yang ingin bersama kamu saat kamu tak bisa memberikan apa-apa ??

MEREKALAH SAHABATMU



Hargai dan peliharalah selalu persahabatanmu. Mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga dari seribu teman yang mementingkan diri sendiri.

Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah.

Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan bertumbuh bersama karenanya…

Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkan besi, demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya.

Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur - disakiti, diperhatikan - dikecewakan, didengar - diabaikan, dibantu - ditolak, namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian.

Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya.

Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah.

Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari orang lain, tetapi justru ia berinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.

Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya, karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis. Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati, namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya. Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya.

Ingatlah kapan terakhir kali kamu berada dalam kesulitan. Siapa yang berada di samping kamu ?? Siapa yang mengasihi kamu saat kamu merasa tidak dicintai ?? Siapa yang ingin bersama kamu saat kamu tak bisa memberikan apa-apa ??

Nah Itulah Pengertian dari arti sahabat sejati atau arti persahabatan sesungguhnya. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita.